Spontanitas (dalam ngeMC)

Menghitung jam terbang saya sebagai MC tentunya saya dah gak ingat lagi, karena kegiatan ini telah saya geluti semenjak masih di Yogyakarta, walaupun untuk kegiatan komunitas bahkan kegiatan kecil. Namun seiring dengan bertambahnya ‘jam terbang‘ banyak hal yang bisa saya gunakan untuk menambah kepercayaan diri terutama mengantisipasi hal yang tidak kita inginkan atau mencairkan suasana.

Dari beragam kegiatan yang saya lakoni untuk MC, MC Wedding yang nyaris berjalan lancar dan bisa dikatakan sukses. Namun beberapa acara selain Wedding MC, nampaknya saya agak sedikit extra startegi terutama kata-kata untuk mencairkan suasana atau membuat saya ‘menyiasati‘ kekeliruan yang terjadi.

Pengalaman pertama saya (yang ingin saya share di Blog ini) adalah saat kunjungan Fadel Muhammad (yang saat itu baru saja dilantik sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan) dan berkunjung ke kampus UNG untuk menerima penghargaan sebagai Tokoh yang berperan dalam alih status kampus UNG. Saya yang semasa beliau menjabat Gubernur Gorontalo sering membawakan acara beliau baik di pemerintahan maupuan beberapa acara keluarganya, masih berbekas dalam penyebutan Fadel Muhammad (sebagai) Gubernur Gorontalo. Dan karena kesan itu masih ada, maka ‘kesalahan‘ yang spontan tidak saya duga keluar juga dari mulut saya.

Hal ini terjadi setelah beliau selesai memberikan sambutan dan seharusnya saya membacakan ‘Selanjutnya kami mengundang Bapak Fadel Muhamad, Mentri Kelautan dan Perikanan RI untuk menerima penghargaan…..‘ dan saya menyebutnya ‘Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo‘, upssss…. Belum habis saya menguasai keadaan saya karena kesalahan spontan itu, Pak Fadel segera datang mendatangi saya dan menjabat tangan saya. Seketika saya merasakan beliau memahami keadaan saya sehingga terjadi kesalahan itu. Dan saya segera mengoreksinya dan menambahkan dengan … ‘barangkali sosok beliau yang begitu dalam semasa menjabat sebagai Gubernur Gorontalo, sehingga ketika beliau sudah sebagai Menteri pun, saya masih mengingat beliau sebagai Gubernur‘. Dan pecahlah tawa dan tepuk tangan dari yang hadir. Besoknya di koran lokal, kejadian yang sangat ‘memalukan‘ itu menjadi berita. Hmmmmm, kalau ingat itu saya kadang suka senyum sendiri.

Kejadian lainnya, kali ini saya harus menyiasati keadaan karena partner MC yang lupa run down acara. Kali ini juga kegiatan Menteri, namun kesalahannya tidak begitu parah (menurut saya), namun hal ini membuat teman saya langsung lemas dan gak tau harus bersikap apa. Disini saya sebagai partnernya harus mampu untuk mengantisipasinya. Dari run down acara yang ada, setelah sambutan, sekjen yang saat itu memberikan sambutan akan dilanjutkan dengan penyerahan 5 buah handphone kepada Petani, dan untuk menginformasikan itu masih bagian saya untuk menyampaikannya. Namun partner saya lupa akan hal itu, dan segera dia call untuk acara selanjutnya. Saya yang melihat kondisi ini segera call ‘sebelum acara selanjutnya, kita ikuti penyerahan Handphone kepada 5 petani yang masih akan diserahkan oleh Sekjen…..‘ Saat itu teman saya membisikan ke saya, ‘OMG, saya lupa acaranya…..‘ Setelah proses acara saya tersenyum padanya sambil berbisik ‘ We did it well…‘ 🙂

NgeMC Wedding, dimana saya dituntut banyak spontanitas

Moment ngeMC lainnya, saat saya membawakan satu acara yang saat akan dimulainya acara Pembicara utama belum hadir ditempat. Saya sudah konfirmasi ke panitia bahwa, lebih bagus acaranya dimulai jika pembicara telah siap, hal ini untuk mengantisipasi acara berjalan dengan lancar. Namun dari informasi yang didapat bahwa pembicara sedang dalam perjalanan menuju tempat acara. Baiklah, saya pun segera memulai acara. Acara pertama kedua dan ketiga dilalui dengan lancar namun setelah acara keempat dimana saatnya Pembicara Utama tampil, saya sudah dibuat panik karena Pembicaranya juga belum tiba. Seketika saya merubah acara dengan memajukan acara kelima dan keenam sambil menginformasikan kepada audience bahwa kita masih menantikan Pembicara Utama yang sudah dalam perjalanan. Namun ketenangan dan kenyamanan saya tidak berlangsung lama, karena sampai dua acara terakhir saya majukan selesai, Sang Pembicara yang dinantikan belum juga tiba. Saat itu saya langsung memutar pikiran saya untuk menyiasati ‘apa yang harus saya lakukan’. Saat itu muncul ide untuk impromptu, atau ide berbicara dengan ide yang muncul saat itu. Ide yang saya dapatkan saat itu adalah (berhubung nama Pembicara Utamanya sama dengan nama saya : Agus), maka saya sampaikan ke audience : ‘Bapak Ibu peserta …. yang berbahagia, sebenarnya pembicara utama kita sore ini adalah Bapak Agus…., dan saya sendiri Agus Lahinta bukan sebagai kapasitas sebagai pembicara, namun sambil menunggu pembicara utama, tidak ada salahnya kita dengarkan dulu apa yang saya sampaikan ini……. dst...‘. Saya berbicara panjang lebar, sambil sesekali menanyakan kepada panitia dalam ‘ceramah saya‘, ‘apakah Agus yang pembicara sudah tiba?‘…. dan saya perhatikan audience merasa ‘terisi’ dengan penantian mereka. Sampai tibalah saat dimana Pembicara utama hadir. Dan saya mengucapkan ‘Baiklah, berhubung Agus yang pembicara sudah datang, maka Agus yang MC akan undur diri….

Pengalaman ini merupakan impromtu yang sangat saya ingat, karena saya bisa spontanitas berbicara tanpa konsep, tanpa persiapan dan tentunya dengan tekanan dan tatapan audience yang sangat menantikan pembicara utama 🙂

After MC Welcome Diner for the Ambassador

Kejadian lainnya, masih fresh nih. Minggu lalu, saat saya menjadi MC di acara Welcome Dinner para Duta Besar peserta Diplomatic Tour dalam rangka World Food Day atau Hari Pangan Sedunia di Gorontalo. Sebenarnya ini bukan kesalahan, apalagi yang saya buat, bukan!!!. Namun ini hanyalah bagaimana saya berperan untuk mencairkan suasana (apa iya ya?) hehehe. Gini ceritanya: Dalam sambutannya Duta Besar yang menjadi wakil para peserta dalam speachnya sering salah menyebutkan GORONTALO dengan GORONTOLA, dan hal ini sepanjang speachnya keliru ini terjadi. Hal ini juga sering disambut dengan ketawa oleh tamu undangan yang hadir terutama yang mengerti bahwa itu salah. Setelah sambutan dari Duta Besar itu, masih nampak tepuk tangan dan ketawa dari undangan yang hadir, saya saat itu langsung kepikiran kalau TOLA itu juga nama ikan khas Gorontalo atau ikan gabus, gak ada salahnya saya cairkan keadaan dengan ngomong ‘Mr. Ambassador, For your information No worries for you to say Gorontalo with GoronTOLA, because as you know TOLA is familiar for us as Gorontalonesse because TOLA is one of original fish from Gorontalo too‘. Seketika saya melihat Duta Besar tadi mengangguk dan para undangan juga bisa menerima penjelasan saya.

Moral from those stories adalah jam terbang. Yah, karena jam terbang yang sudah terlampau banyak, maka saya bisa saat itu juga berfikir tentang apa yang harus saya lakukan dan saya ucapkan untuk mengantisipasi keadaan agar supaya nampak seperti teratasi. Ahhh, lepas dari hal itu, kepuasan yang besar saya rasakan jika saya bisa menguasai keadaan saat saya selesai bertugas membawakan acara. 🙂

4 Comments (+add yours?)

  1. tedy
    Oct 23, 2011 @ 16:24:48

    Just one word for u “Genius”

    Reply

  2. Trackback: Kita Semua Harus Berbicara « Agus Lahinta's Page
  3. Trackback: my Tweetography: radio, televisi, mc & dosen « Agus Lahinta's Page

Leave a comment

Blog Archives

Just Click this


Yuk.Ngeblog.web.id